Pendidikan Untuk Menyambut Masa Depan
--- Alvin Toffler ---
Alfin Tofler dalam triloginya mengatakan bahwa seting pendidikan harus bersumber pada peran apa yang hendak diraih di masa depan bagi kaum muda. Jika gambaran masa depan yang diyakini oleh masyarakat pendidik ternyata tidak sesuai dengan kenyataan di masa depan, padahal sistim pendidikan telah diarahkan berdasarkan keyakinan tersebut maka maka sistim pendidikan tersebut akan menghianati kaum muda. Di mana anak didik setelah lulus ternyata kompetensi yang diyakini akan mampu membawa anak muda menghadapi persaingan serta menjawab permasalahan dunia tersebut usang dan tak berguna maka segala persiapan waktu biaya serta usaha yang telah dipakai untuk mencapai sebuah kompetensi menjadi sia sia.
Tren penyatuan cara masyarakat bersosialisasi di kehidupan sehari hari termasuk bekerja, berkawan, bermasyarakat di lingkungan lokal dan dunia yang lebih luas, telah memberikan sebuah tekanan baru pada dunia pendidikan dan sistem sosial lainnya. Dengan tren penggunaan teknologi dalam bersosialisasi seperti MedSos yang semakin meningkat tajam, pada pendidik dihadapkan dengan kebutuhan untuk berfikir ulang mengenai sistem pendidikan yang ditawarkan dalam usaha untuk menyiapkan siswanya agar mampu menguasai ekonomi global mendapatkan manfaat dari kemajuan teknologi dan ekonomi . Pendidik harus mampu menyakinkan bahwa seluruh lulusan akan mendapatkan keuntungan dari perkembangan yang ada saat ini untuk persiapan di masa depan.
Sebuah prediksi tentang masa depan yang dilansir oleh Nomura Institute mengatakan
" Kreatifitas akan menjadi aktifitas ekonomi yang menggantikan fokus pada informasi saat ini (secara historis aktifitas ekonomi yang dominan dalam kehidupan manusia adalah agrikultur, produksi industri, dan informasi) “
Menyadari hal ini, lantas apa yang telah kita persiapkan untuk anak anak kita menuju dominasi kegiatan ekonomi yang baru ini? bayangkan apa yang akan kita lihat pada situasi di tahun 2045, Bagaimanakah setting bisnis yang mungkin terjadi pada sebuah masyarakat yang berbasiskan ilmu pengetahuan, akankah industri atau pertanian mendominasi kegiatan bisnis dimasa depan, bagaimanakan strata sosial yang mungkin terbentuk dengan penggunaan sistem jejaring yang kini marak seperti facebook, twitter , Whatapp dll. Lebih penting lagi bayangkan, dimanakah kira kira anak anak kita berada, adakah mereka cukup dibekali dengan keterampilan untuk sukses di abad 21.
Sangat dipahami bahwa sebuah negara yang "tidak mempersiapkan SDMnya dengan keterampilan dan kapasitas yang layak untuk menjawab dinamika kebutuhan pasar pekerja dunia, maka negara tersebut akan beresiko tertinggal di belakang". Sistem pendidikan konvensional saat ini banyak mendapat kritik dan untuk itu diperlukan sebuah pergeseran fundamental dalam sistem pendidikan untuk abad 21 ini. Sebuah sistem pendidikan yang lebih memberikan porsi yang lebih besar pada "Higher Order Thinking" seperti Creative problem solving, Critical Thinking, Couriousity dan kemampuan beradaptasi, melakukan komunikasi dan berkolaborasi. Kenyataan banyak menunjukkan bahwa siswa memerlukuanbsebuah kumpulan kemampuan yang berbeda untuk hidup dan bekerja di abad 21 ini.
Oleh karenanya, sistem pendidikan perlu bergeser dari semata mengajarkan ilmu dalam skop hapalan konsep dan pemikiran menjadi penerapan dan pelaksanakan keilmuan di dunia nyata dan selanjutnya mengajak siswa untuk memiliki motivasi internal dalam terus berkreasi menciptakan dan berinovasi menjawab problema masa depan. di masa kini dan masa depan, tidak cukup dengan hanya semata memiliki ide atau gagasan, melainkan bagaimana menerapkan gagasan menjadi sebuah solusi nyata. Pendidikan menjadi sebuah proses aplikasi praktis dari sains dan teknologi yang berkembang dan membuat siswa mendapatkan keterampilan/kecakapan yang diperlukan untuk menyambut abad 21.
Bernie Trilling menyarankan untuk mempersiapkan siswa di abad 21 ini dengan 3R (Reading, ’Riting and ’Rithmetic ) and 7C (Critical Thinking-and-Doing, Creativity, Collaboration, Cross-cultural Understanding, Communication, Computing, Career & Learning Self-reliance).
Karena kita akan menyiapkan pendidikan untuk masa depan maka, kita pastinya perlu memperhatikan hal ini, dan kita perlu melihat secara detail asumsi dasar yang digunakan agar kita dapat secara baik memformulasikan pendidikan di Abad 21 ini secara benar.
Saran Bernie ini nampaknya kemudian dipertimbangkan dan diformulasikan secara khusus oleh sebuah koalisi komunitas bisnis, pendidik dan pembuat kebijakan di Amerika yang bernama Partnership for the 21st Century Skills yang kemudian keluar dengan sebuah kerangka pendidikan yang mempersembahkan pandangan menyeluruh mengenai pengajaran dan pembelajaran yang menggabungkan beberapa fokus target luaran siswa Abad 21 (sebuah paduan dari beragam skill khusus, ilmu pengetahuan, expertise, dan literasi) dengan inovasi sistem pendukung yang membantu siswa untuk menguasai ragam kecakapan multi-dimensi yang diperlukan untuk abad 21. Element elemen kunci dari pembelajartan abad 21 dapat dilihat pada gambar di samping. .
Pembelajaran di Abad 21 ini menyiratkan bahwa siswa akan menguasai sebuah kecakapan sekaligus melalui proses produksi, sinthesis,dan evaluasi informasi dari beragam subjek dan sumber pemahaman dengan berpatokan pada penghormatan pada ragam kultur yang ada di masyarakat.
Siswa harus menunjukan kemampuan di tiga R : Reading. wRiting, aRithmetic, dan juga 4 Cs: creativity, communication, Critical Thinking and collaboration. Mereka juga harus mampu memperlihatkan kemampuan literasi digital sebagaimana juga tanggung jawab seorang warga negara. Berdasarkan “21 Century Partnership Learning Framework”, terdapat beberapa kompetensi dan/atau keahlian yang harus dimiliki oleh SDM abad XXI, yaitu:
-
Kemampuan dasar : 3 R ( Membaca, Menulis, Berhitung )
-
Kemampuan mencipta dan membaharui (Creativity and Innovation Skills) – mampu mengembangkan kreativitas yang dimilikinya untuk menghasilkan berbagai terobosan yang inovatif;
-
Kemampuan berpikir kritis dan pemecahan masalah (Critical-Thinking and Problem-Solving Skills)– mampu berfikir secara kritis, lateral, dan sistemik, terutama dalam konteks pemecahan masalah;
-
Kemampuan berkomunikasi (Communication and Collaboration Skills)
-
Kemampuan bekerjasama - mampu berkomunikasi dan berkolaborasi secara efektif dengan berbagai pihak;
-
Literasi teknologi informasi dan komunikasi (Information and Communications Technology Literacy) – mampu memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan kinerja dan aktivitas sehari-hari;
-
Kemampuan belajar kontekstual (Contextual Learning Skills) – mampu menjalani aktivitas pembelajaran mandiri yang kontekstual sebagai bagian dari pengembangan pribadi;
-
Kemampuan informasi dan literasi media (Information and Media Literacy Skills) – mampu memahami dan menggunakan berbagai media komunikasi untuk menyampaikan beragam gagasan dan melaksanakan aktivitas kolaborasi serta interaksi dengan beragam pihak.
Model Pendidikan Di Masa Depan
Sadar akan tingginya tuntutan “penciptaan” SDM, maka sistem serta model pendidikan pun harus mengalami transformasi. Telah banyak literatur yang merupakan buah pemikiran dan hasil penelitian yang membahas mengenai hal ini, bahkan beberapa model pendidikan yang sangat berbeda telah diterapkan oleh sejumlah sekolah maupun kampus di berbagai belahan dunia. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dideskripsikan sejumlah ciri dari model pendidikan di abad XXI yang perlu dicermati dan dipertimbangkan sebagian besar dipaparkan berikut ini. sejalan dengan penciptaan luaran anak didik yang sesuai dengan masa depan, maka diperlukan sebuah sistem pendidikan yang juga berbeda dimana dengan setting teknologi yang ada pada masa kini, maka peran institusi pendidikan akan mengalami pergeseran.
![]() |
Alvin Toffler mencanangkan sekolah masa depan adalah sebuah sekolah yang
|
Kerangka untuk Pembelajaran Abad 21 secara spesifik memberikan gambaran luaran yang dihasilkan untuk abad 21 sekaligus juga memberikan gambaran institusi yang bagaimana yang diperlukan untuk menghasilkan graduate profile tsb. Ada 4 hal hal utama yang diperlukan menjadi pendukung terciptanya lulusan yang diinginkan oleh abad 21 yaitu
- Keberadaan standards dan assessment,
- Kurikulum dan instruksi pembelajaran ,
- Pengembangan professional dari para pendidiknya
- Dan sebuah lingkungan belajar atau learning environment yang mendukung
Sesuai dengan kemajuan teknologi komputer dan elektronik pada masa kini, maka institusi pendidikan tidak lagi harus dalam bentuk riil, nyata dalam bentuk gedung, namun dapat bentuk sebuah institusi maya yang memiliki kemampuan untuk menawarkan Standard dan Assessment, Kurikulum dan Instruksi Pembelajaran, Pengembangan Professional dan Lingkungan Pembelajaran berbasis digital yang mampu membawa siswanya untuk menguasai keterampilan di abad 21.
Dalam hal ini, Centre for Research on Education Arts Technology and Entrepreneurship, CREATE Foundation mempersembahkan solusi alternative CyberSchool sebagai sebuah institusi pendidikan maya yang menyediakan keempat hal penting dalam menciptakan support pendidikan dalam menciptakan luaran siswa abad 21 tersebut.